Pelajaran hidup kembali manyapaku, ketika aku terpuruk dalam kesendirian, hehehe,,,melankolis banget. Berawal dengan kehidupan yang memisahkan keluargaku secara total. Saat itu aku hanya bergantung kepada saudaraku yang ku ikuti atau tumpangi di tempatku, bagaimana pun aku tetap sadar akan siapa aku. Berharap ada ketenangan selama aku memakan pahit kehidupan ditengah kehidupan saudaraku dan menjadi bagian keluarga, dan memang sempat berjalan bagitu. Kehidupan baru bersama Keluarga dari Saudaraku.
Namun diluar dugaanku, setidaknya antar saudara yang aku anggap keluarga tidak bisa menjaga ketenangan keluarga, khususnya ketenangan ku. Aku tidak tau apakah aku dianggap orang lainkah dalam lingkungan itu? setidaknya lusinan aib keluargaku di beberkan dengan ringannya, bahkan tidak ada rasa peduli sekalipun sedikit... itulah yang aku rasakan. Hal yang pasti aku pun frustasi, bagaimana tidak sekarang aku memiliki titel yang diberikan masyarakat yang diambil dari aib keluargaku. Sampai-sampai aku sempat tidak bisa menahan amarahku, kalau tidak mengingat dan menghormati DIA mungkin apa yang terlintas di pikiranku akan ku ucapkan kepadamu, Penghasut, mulut ember, tidak memiliki pekerti luhur, atau bahkan memang KAU tidak mempunyai perasaan dan perhitungan. Lihat saja mereka, saudaraku, sepupuku, KAU terlantarkan karena hasrat duniawimu. Mungkin q mulai berpikir luntur rasa Hormatku kepadamu karena apa yang kau buat. Akan tetapi aku masih menyimpan rasa terima kasihku yang mungkin akan aku keluarkan kepada sepupuku.
Dari situlah aku beranggapan bahwa TERKADANG TIDAK ADA YANG BISA DIHARAPKAN DARI KELUARGA/SAUDARA, bahkan hal sekecil itupun KAU tidak bisa jaga. Maka aku beralih kepada teman-teman ku, yang ku kenal lama. Memang awalnya q merasa rileks, tidak menggubris keluargaku, menjauh dari tempat dimana masyarakat yang memberiku titel sembari konsentrasi di kuliahku. Saat itu aku mulai bersosial secara lebih, dan mulai merespon terhadap kesulitan teman-teman sekitarku,aku berubah berusaha menjadi orang baik sekalipun itu masalah keuangan, berharap suatu saat mereka bisa membantuku.Tapi keadaan pun berangsur berubah, teman tetaplah teman yang mempunyai hati
yang tidak bisa di terka, mereka pun ngelunjak. Memang sih, di tempat baruku ini masyarakat sekitar terkenal tidak mempunyai perasaan peka. Teman-teman ku keenakan dengan tenggang rasaku, walaupun tidak semua temanku begitu, tetapi mereka yang baik jauh dari tempatku. Egosime, keserakahan, tidak punya pikiran banding pun muncul.
Saat ini aku pun berpikir, aku memang benar-benar sendiri sekarang, bapak pulang ke kampung halaman karena dipanggil kerja temanya, dan ibuk di Jambi ikut tanteku untuk menjalankan usaha kecil-kecilan namun menjanjikan.
Ternyata banyak yang tidak bisa diandalkan di sekitarku, penjilat, serakah, duniawi, mulut ember. Sekarang patokan hidupku pun kembali ku ubah, apasalahnya membalas. Wajarlah karena tidak ada kompas dalam kehidupanku, tidak ada yang menuntunku, aku berjalan sendiri.
KETIKA KEHIDUPAN KEJAM KEPADAKU, MAKA AKU TIDAK AKAN BERBELAS KASIHAN KEPADA KEHIDUPAN. PERSETAN KATA ORANG.
0 komentar:
Posting Komentar